MULIA – Pentingnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat di
Kabupaten Puncak Jaya saat di merupakan perhatian dari semua pihak dalam hal
ini pemerintah daerah Kabuapten Puncak Jaya sehingga kebutuhan kesehatan
masyarakat bisa untuk di perhatikan dengan baik.
Saat ini di Kabupaten Puncak Jaya telah di bangun satu buah
rumah Sakit Umum Daerah Puncak Jaya yang melayani masyarakat daeri semua
Kampung yang ada di Kabupaten ini dengan semua jenis penyakit yang di serita
oleh masyarakat.
Saat di temui di ruang
kerjanya rabu ( 23/09 ) Ketua forum
dokter Puncak Jaya yang juga merupakan
dokter senior di Puncak Jaya dr. Muhamad Nasir Ruki, S.Si, M.Kes, Apt,SP,GK saat
di tanya seputar keberadaan Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia ( PDGI ) di
Puncak Jaya di katakan bahwa saat ini belum ada IDI maupun PDGI di Puncak Jaya
mengingat standar jumlah dokter harus 10 orang, sedangkan jumlah dokter saat
ini masih kurang sehingga sementara masih dalam wadah forum bersama.
Lebih lanjut ditanya mengenai fenomena dokter yang tidak
betah mengabdi di Mulia, Dokter Nasir mengiyakan. Beberapa hari sebelumnya di
adakan rapat di antara para dokter dalam
forum konsolidasi dokter di Puncak Jaya yang membahas tentang profesi
serta permasalahan kesejahteraan dokter di Puncak Jaya yang digumulkan dalam
forum ini.
Dr. Muhamad Nasir Ruki saat di tanya tentang dokter yang
melayani di Puncak Jaya ketika menyelesaikan pendidikan dokter atau setelah di
angkat jadi pegawai langsung mengajukan pindah tugas dari Puncak Jaya dr. Muhamad
Nasir menjelaskan bahwa tidak ada masalah yang besar yang menyebabkan dokter
yang bersangkutan pindah namun tidak bisa di salahkan namun lebih mengarah pada
evaluasi apa penyebab dari pada masalah
tersebut.
Terkait dengan Izin praktek dokter di jelaskan bahwa “dokter
yang melayani di Puncak Jaya tidak di izinkan untuk membua praktek kalaupun
memberikan pelayanan maka tidak bisa menarik uang jasa dari masyarakat akan
tetapi lebih di fokuskan pada pelayanan karena sudah terhitung dalam insentif
dokter tanpa memungut dari pasien.
Menurut MOU antara dokter dari pihak pemerintah adalah
insentif dokter adalah harga mati akan tetapi melihat kebutuhan hidup di Puncak
Jaya yang semakin tinggi dan tingkat kemahalan yang di nilai tiga kali lipat
dari daerah lain maka insentif yang selama ini di terima sangat tidak sesuai
dan merupakan insentif yang di anggap sepuluh tahun lalu dan perlu untuk di
evaluasi kembali dan seharusnya pelayanan para dokter harus di evaluasi dalam
lima tahun sekali.
Perlunya evaluasi ini karena baik dokter umum maupun dokter
spesialis wajib mengumpulkan 250 poin yang dkumpulkan melalui Seminar/
Simposium kesehatan yang dilaksanakan diluar Papua hingga kegiatan bakti
sosial/ Sembaksos. “Hal ini sesuai dengan Permenkes terbaru” Jelas Dr. Nasir. di
samping itu dokter harus melayani masyarkat. Tentunya dengan biaya yang sangat
besar dan dengan perhitungan kasar pengeluaran dari seorang dokter dalam satu
tahun di Puncak Jaya mencapai Rp. 207 Juta Rupiah. Ditanyakan mengenai berapa
pengahsilan dokter pertahun, dr. Nasir diam tidak dapat memberikan penjelasan.
Hal ini dikarenakan Kode Etik Dokter yang tidak memperbolehkan mengkomersialkan
pelayanan kesehatan.
“Pelayanan dokter di Mulia anda bisa lihat sendiri, kami
tetap tulus melayani, namun Kami tidak dapat menutup mata dengan keadaan dokter
di Puncak Jaya, karena dokter juga manusia” Tandasnya.
Dokter Nasir berharap adanya perhatian dari pihak pemerintah yang
memiliki kewenangan dalam memperhatikan kesejahteraan para namun dr Nasir juga
berharap kepada rekan sejawatnya untuk meningkatkan perhatian dan pelayanan
kepada masyarakat dengan penuh tanggung jawab”.
No hp dokter nasir ruki brp?
BalasHapus